Kala itu, April 2004, hanya sebulan sejak saya mulai magang di PBHI, sebuah panggilan tugas membawa saya ke Banda Aceh. Saat itu, Bang Imam tengah sibuk mengadvokasi korban konflik di bawah ancaman senjata yang siap menyalak kapan saja. Seminggu sebelum status Aceh berganti dari "Darurat Militer" ke "Darurat Sipil," saya tiba, dan Bang Imam menjemput saya di bandara. Perjalanan dari bandara menjadi kelas pertama saya tentang Aceh, tentang bagaimana memahami dan menyikapi situasi yang mencekam itu.
Irfan Fahmi Law | Belajar Mencerna Hukum | Belajar Membela | Belajar Merekam Jejak Langkah dan Hirupan Napas
Senin, 01 Maret 2021
Selamat Jalan Bang Imam
Minggu, 05 Juli 2020
Cerpen: Surat Tugas yang Tertahan
[11:08] Shopia: Assalamualaikum, Bapak. Mohon maaf, saya sudah ketemu Kaprodi untuk meminta tandatangan surat tugas penunjukkan Bapak sebagai pembimbing skripsi saya, tapi beliau bilang harus Bapak yang langsung datang menghadap Kaprodi. Bagaimana, Pak, baiknya?
Selasa, 28 Mei 2019
Saya dan Gas Air Mata....
Sabtu, 16 Maret 2019
Peran Advokat Menyelesaikan Sengketa Melalui Mediasi di Pengadilan

Selasa, 09 Agustus 2016
Belajar Menjaga Kehormatan Advokat dari Peternak Lele
Pagi itu, Senin 8 Agustus 2016, ketika matahari baru saja mulai merayap di ufuk timur, aku menyusuri jalan sempit menuju rumah seorang teman lama. Dahulu, ia seorang seniman, seorang penyair yang selalu membawa aroma mimpi-mimpi besar dalam setiap pertemuan. Kini, ia hidup dari kolam-kolam lele, menggantikan kanvas dan pena dengan air keruh dan benih ikan.
Aku datang dengan sedikit perasaan bersalah, karena absen di pesta pernikahannya. Ia menyambutku dengan senyum lebar, seolah waktu tak pernah membelah kita. Di depan secangkir kopi panas, obrolan hangat mengalir, mengurai berbagai pertanyaan yang sejak lama kusimpan tentang pilihannya beralih profesi. Di sudut pikiranku, ada sedikit rasa heran: seorang seniman menjadi peternak lele? Apa yang mendorongnya?