Sabtu, 29 Januari 2022, suasana di aula pemilihan PERADI Tangerang penuh dengan kesunyian tegang yang dibalut bisik-bisik para advokat. Mata setiap orang tertuju pada layar yang menampilkan hasil pemungutan suara. Sekitar 370 advokat berkumpul, memilih siapa yang akan menjadi pemimpin baru PERADI cabang Tangerang.
Di antara banyak nama yang beredar, hanya ada satu yang menjadi sorotan utama hari itu. Doni Martien, sahabatku, asal “wong kito,” putra tanah Palembang. Ketika akhirnya layar menampilkan angka kemenangan untuknya, 195 suara, aula bergemuruh dalam tepuk tangan. Di sana, Doni berdiri tegap, senyum tipis menghiasi wajahnya. Matanya mencari ke arahku di belakang ruangan, seolah menyampaikan pesan terima kasih yang hanya bisa dipahami oleh sahabat lama.
Pertemuan terakhir kami sebelum pemilihan masih segar dalam ingatanku. Siang hari di sebuah kafe di Tangerang, kami berdua duduk berhadapan. Tak ada yang istimewa dalam suasana kafe itu, tapi bagi kami, momen ini adalah momen yang membangkitkan kenangan—tentang masa-masa perjuangan kuliah, persahabatan yang bermula di tahun 2010 saat menapaki studi S2. Berbincang dengannya membawa kembali segala ingatan tentang bagaimana kami belajar, bekerja, dan bertumbuh bersama, berbagi canda dan tawa, serta tak jarang saling menasihati di tengah krisis kehidupan.
Selama bertahun-tahun bersahabat dengannya, Doni telah menjadi lebih dari sekadar teman. Dialah orang yang mengajakku pergi umroh pada tahun 2013, sebuah pengalaman spiritual pertama bagiku yang tak terlupakan. Di tanah suci, aku melihat Doni dengan sisi lain: seorang ayah yang begitu penuh cinta pada anak-anaknya, yang meski jauh dari rumah, selalu memastikan kabar dari ketiga buah hatinya.
Saat kami berbicara di kafe itu, sesekali Doni tersenyum ketika bercerita tentang anak sulungnya yang baru saja lulus dari Fakultas Hukum UGM, kini bekerja di salah satu firma hukum besar di Jakarta. Di matanya, aku melihat kebanggaan seorang ayah yang mengayomi dan mendukung sepenuh hati. Aku menyadari, meski Doni adalah seorang advokat yang gigih dan tangguh, ia juga adalah ayah yang lembut dan bijaksana. Menjadi ayah bagi Doni bukan hanya tentang menyediakan, tetapi juga tentang kehadiran dan dukungan.
Namun, Doni bukan sekadar sosok yang penuh kehangatan. Sebagai advokat, ia dikenal gigih dan tak kenal menyerah. Meski baru mendapatkan lisensi pada tahun 2014, ia dengan cepat berkembang menjadi sosok yang disegani. Doni memahami bahwa dunia advokat membutuhkan lebih dari sekadar keterampilan hukum—dibutuhkan keteguhan, keuletan, dan kemampuan untuk menghadapi berbagai situasi yang sulit. Ia adalah seorang petarung sejati, yang mampu meyakinkan lawan bicaranya hanya dengan pandangan mata yang penuh keyakinan.
Kami berbincang tentang perjuangannya dalam pemilihan ketua PERADI cabang Tangerang. “Nggak semua orang mau ambil kursi ini, apalagi dengan cara adil,” katanya dengan tawa pelan. “Kita bukan cuma butuh dukungan, tapi juga mental untuk bertarung.” Aku hanya mengangguk, memahami betul bahwa dukungan di lingkungan advokat bukanlah hal yang mudah. Di sini, suara mereka independen, sulit diarahkan, apalagi digalang.
Melihat sahabatku yang sederhana ini begitu dipercaya oleh rekan sejawatnya, aku teringat betapa banyak hal yang bisa aku pelajari darinya. Dia, yang ramah, mudah bergaul, selalu punya cara untuk menjaga pertemanan dan merawat hubungan. Di dalam profesi advokat, kami seringkali berhadapan dengan situasi di mana persahabatan diuji. Doni memahami bahwa meski dalam perkara kami bisa berseberangan, di luar itu, silaturahmi tetap harus terjaga. Dia selalu mengingatkan, “Advokat boleh bertarung di meja sidang, tapi di luar itu, kita bisa duduk satu meja lagi, ngopi sambil tertawa. Itu yang harus kita jaga.”
Pemilihan usai, dan Doni resmi terpilih. Saat aku menyalaminya di akhir acara, tak ada yang perlu dikatakan. Kami sama-sama tahu arti momen ini. Sejak pertemuan pertama kami belasan tahun lalu, hingga saat ini, aku terus belajar darinya. Tentang kegigihan, keberanian, dan ketulusan untuk menjaga persahabatan. Untuk Bang Doni, sahabat yang tak kenal lelah, aku hanya punya satu pesan, “selamat dan sukses atas tugas baru sebagai Ketua PERADI DPC Tangerang."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar