Selasa, 16 Juni 2015

Lima Tahun Menjadi Ayah


Mengikuti kasus Angeline yang belakangan ini  ramai, sungguh telah mengaduk-aduk emosi publik. Khususnya bagi mereka yang menjadi Ayah bagi anak perempuan yang sedang imut dan lucu-lucunya. Itulah saya. Saya mungkin satu  dari banyak pria yang menjadi ‘korban pilu’ atas pemberitaan kasus Angeline. Photo dan video Angeline semasa hidup yang tersebar di sosial media, bak petir yang memberi peringatan kepada saya sebagai seorang ayah untuk selalu waspada dan menjaga keselamatan putrinya. Yah… Angeline adalah kita.

Bagi mereka yang memiliki anak yang masih lucu, imut dan seusia dengan Angeline, barangkali bisa menjadikan kasus ini sebagai ‘vitamin’ tambahan untuk menguatkan motivasi diri agar diberikan kemampuan dan berjuang menjadi orang tua yang bertanggungjawab untuk membesarkan anak-anaknya hingga mereka dewasa, dengan tetap memperhatikan dan menyesuaikan pada kebutuhan proses tumbuh kembangnya anak.

Demikianlah diri ini. Tak terasa hari ini 15 Juni 2015, adalah hari yang telah digenapkan oleh Tuhan menjadi seorang ayah selama 5 tahun. Karena pada hari selasa  pada tanggal 15 Juni 2010 silam, jam 8 pagi, telah lahir seorang bayi perempuan seberat 3,3 Kg melalui persalinan normal yang hanya ditangani seorang bidan.

Kelak bayi yang baru lahir ini memiliki nama dengan akronim NAF. Ia adalah anak pertama saya. Alhamdulillah. Puji Tuhan, bayinya sehat, ibunya pun selamat, meski sempat terjadi pendarahan. Betapa bahagia dan senang mendapatkan fakta, bahwa saya resmi menjadi seorang ayah dari seorang putri. Airmata bahagia tak bisa dibendung lagi. Bacaan azan yang saya alunkan di telinganya sempat terbata-bata, lantaran diganggu oleh ‘genangan’ airmata (mirip mantan gubernur DKI aja nih, pake istilah ‘genangan’, gak mau pakai istilah ‘banjir’).

Hari pada Senin malam hingga Selasa dini hari itu pada 5 tahun silam, sebenarnya sedang ada siaran langsung piala dunia 2010, saat itu timnas perancis dan italia sedang berseteru di babak penyisihan grup. Tapi malam itu, justru menjadi hari yang bersejarah dan pengalaman pertama bagi saya mendampingi proses persalinan dari awal hingga akhir proses persalinan. Saya ada di samping bundanya NAF. Dari mulai awal ia merasa mulas, bukaan 1.. 2.. 3.. dan seterusnya hingga akhirnya terdengar tangisan pertama NAF.

Kalau seandainya boleh memilih dan masih ada pilihan, saya inginnya memilih ada di luar ruangan saja. Mirip adegan sinetron atau film yang saya lihat. Dalam cerita sinetron, biasanya suami itu nunggu di luar ruangan, sambil menghabiskan berapa bungkus rokok, lalu baru masuk ruangan ketika seorang perawat datang mengabarkan berita gembira. Lalu si suami masuk ruangan dan menggendong bayi yang sudah dalam keadaan bersih. Halah itu kan sinetron. Hehe..

***
NAF kini genap 5 tahun. Ia tumbuh sebagaimana layaknya perkembangan anak-anak. Sedang dalam masa lucu-lucu dan imut-imutnya kata orang. Yah, ia memberi banyak warna-warni dalam keluarga ini. Tak terhitung berapa kali senyum dan tawa yang disebabkan oleh tingkahnya yang lucu itu. Tak terhitung pula berapa rupiah yang telah dihabiskan untuk mensupport perkembanganya. Pakaiannya, susunya, makanannya, kesehatannya, dan mainannya. Hehe…

Ah saya sudah tak mau berhitung lagi soal urusan rupiah untuk anak. Dulu waktu awal-awal punya anak, sempat terkaget-kaget dengan urusan kebutuhan rupiah demi kepentingan anak. Bahkan sampai dibikin update status di fesbuk segala mengenai berapa kaleng susu dan pampers dalam seminggu yang saya belanjakan untuk NAF. Yah maklum, barangkali masih kaget dan butuh adaptasi menjalankan tanggungjawab sebagai seorang ayah.

Kini akhirnya saya sadar bahwa urusan anak adalah urusan Tuhan. Karena Tuhan lah yang menitipkan anak kepada kita. Tuhan lah yang akan mencukupi sesuatu yang dititipkan-Nya kepada kita, dengan cara yang dikenal banyak orang dengan istilah ‘rezeki anak.’ Hampir semua teman saya mengakui, bahwa rezeki keluarganya berbeda setelah ada anak. Secara kasat bisa jadi rezekinya yang memang bertambah. Atau juga bisa tidak bertambah bahkan mungkin berkurang, akan tetapi segala kebutuhan rumah tangga justru malah tercukupi bahkan lebih dari cukup. Nah kadang bentuk ‘rezeki anak’ yang terakhir ini sulit diterima oleh nalar, tapi nyata.

***
Di hari ultahnya yang ke-5, semoga NAF bisa tumbuh dan kembang sebagaimana layaknya anak-anak yang memiliki dunianya sendiri. Yang susah dari NAF adalah pola makannya yang agak rumit. Ia tak suka vegetarian, padahal ayahnya penggemar sayur asem, meski yang dimakan cuma kuahnya aja sama kacang tanah. Daging sapi juga tidak  disuka NAF. Makanan kesukaan NAF bertumpu pada makanan ayam goreng siap saji (ngeri sekali kan, junk food). Kadang lele goreng masih ia lahap. Juga telor dadar hangat juga ia santap.

Sikap dan perilaku NAF  juga kadang ada saja yang aneh dan justru menjadi lucu terlihatnya. Siaran televisi dan pergaulan dengan teman-temannya menjadi faktor yang mempengaruhi tingkahnya. Terakhir ada tingkahnya yang lucu. Setiap kali bersin (bangkis), NAF tidak hanya berteriak “haaasyin..!” sebagaimana layaknya orang bersin. Tapi diujung akhir hentakan bersin, ia mengucapkan “cukeee…!”.  Ya kata “cuke”. Aneh kan? Dari mana dia dapat kata “cuke” untuk dipergunakan ketika bersin.. Hehe..

Saya tak mau hilang akal. Harus dipakai dan diterapkan teori-teori NLP (Neuro Language Program) yang sedikit saya tahu untuk mengubah sikap dan perilakunya. Alhamdulillah untuk urusan “cuke” beres. NAF kini tak pernah lagi menggunakannya ketika ia bersin. Tapi  untuk urusan makan dan yang lain, masih perlu ekstra keras dan kesabaran.

Ah banyak juga tulisan ini dibuat… akhirnya hanya rasa kantuk jua yang mengakhiri goresan catatan saya untuk NAF…

Selamat ultah ya nak…

‘Ayah’

Tidak ada komentar:

Posting Komentar