Jumat, 24 Juli 2015

Belajar Memahami Sejarah Konflik Umat Islam dari Film Mukhtar Tsaqafi


SETIAP MUSLIM pasti mengetahui sekilas tentang sejarah perang di padang karbala yang mengakibatkan terbunuhnya cucu baginda Rasulullah SAW, sayyidina Husain ra. Namun tidak banyak muslim di kalangan sunni yang mengenal nama 'Muchtar Tsaqafi', sebagai tokoh yang hadir dalam sejarah islam paska peristiwa karbala.

Bagi jamaah syi'i, tentu nama tokoh Mukhtar Tsaqafi adalah tidak asing. Namun bagi saya, nama 'Muchtar Tsaqofi' adalah nama asing yang tak pernah saya dengar dalam sependek pengetahuan saya tentang sejarah islam. Saya tak punya referensi sedikitpun mengetahui dan mengenal sosok tokoh ini sebagai salah satu tokoh yang menggoreskan tinta sejarah di dalam sejarah perkembangan awal islam di timur tengah.

Keawaman saya tentang tokoh ini tentu tak sepenuhnya adalah karena faktor saya. Setelah saya telusuri, memang tidak banyak referensi berbahasa indonesia di dunia maya yang dapat memberikan gambaran lengkap tentang riwayat dari tokoh ini. Barangkali karena tokoh ini lebih akrab di kalangan kaum syiah, sehingga sedikit referensi berbahasa indonesia.

‘Perkenalan’ saya pada tokoh ini tidak disengaja. Seperti biasa, setiap bulan Ramadhan saya selalu mencari saluran meningkatkan pengetahuan tentang agama islam. Baik fiqh, tauhid, tasawwuf, maupun sejarah politik islam. Ramadhan ini (1436 H / 2015) sy tertarik menyegarkan pengetahuan tentang sejarah perpecahan umat islam setelah wafatnya Nabi Muhammad saw. Sampai akhirnya saya tertarik mendalami apa sesungguhnya kronologi dari peristiwa di padang karbala yang mengakibatkan sayyidina Husain ra terbunuh dengan cara yang keji dengan kepala dipenggal.

Melalui youtube, saya menyimak ulasan tentang kisah peristiwa karbala, mulai dari versi habib Riziek FPI dan sampai versi kang Said Aqil (ketum pbnu). Muncullah nama tokoh ‘mukhtar tsaqafi’ disebut-sebut sebagai tokoh penting setelah peristiwa karbala. Ia merupakan tokoh yang memimpin pergolakan di Kuffah yang menuntut balas kematian cucu Nabi saw. Hasilnya, orang-orang yang bertanggungjawab atas matinya cucu Nabi saw berhasil ia bunuh kembali.

Saya telusuri nama tokoh ini, hasilnya ada video youtube berjudul ‘film perang karbala riwayat mukhtar’ yang terkait dengan pencarian kata kunci ‘mukhtar tsaqafi’. Film ini berbahasa persia namun disertai subtitle bahasa indonesia. Terdiri dari 40 episode. Masing-masing episode berdurasi 55 menit. Semula saya ragu untuk menontonnya, karena pikir saya film ini pasti akan sarat dengan ‘propaganda’ ajaran syi’i. Tetapi karena penasaran, akhirnya saya simak video youtube film perang karbala hingga seluruh episode, kecuali episode 38 dan 39.

 ***
MENYIMAK film ‘perang karbala’ ternyata jauh melebihi dari apa yang dibayangkan. Emosi saya ternyata begitu larut dengan alur cerita di dalamnya. Saking emosionalnya, saya gak sanggup lagi mengikuti episode 38 dan 39. Dari episode 37 saya loncat ke episode akhir 40.

Sesungguhnya banyak pelajaran penting yang bisa dipetik dalam film ini, meski film ini dibuat oleh kalangan muslim berfaham syiah. Di antaranya, saya melihat ada pelajaran mengenai fakta bahwa ternyata agama begitu rentan untuk ditunggangi oleh kepentingan kekuasaan dengan berbagai cara. Inilah yang ditampilkan dalam film ‘muktar tsaqafi.’

Inti cerita film ini berpusat pada tokoh ‘muktar tsaqafi’. Ia adalah seorang arab yang tinggal di negeri Kuffah (sekarang bagian dari Irak). Ia juga merupakan keponakan dari seorang gubernur Kuffah saat itu.

Dalam film ini, ia diceritakan sebagai tokoh masyarakat Kuffah yang keberatan atas tindakan sebagian warga Kuffah yang mengundang Sayyidina Husein ra (cucu Nabi) untuk datang ke Kuffah guna menyusun kekuatan melawan kekuasaan Muawiyah. Keberatannya cukup beralasan. Di antaranya adalah karakter warga Kuffah yang sering tidak konsisten dengan sikapnya.

Singkat cerita, saat peristiwa karbala terjadi, Mukhtar terkurung di dalam penjara atas perintah Ibnu Ziyad, seorang gubernur Kuffah yang ditunjuk oleh Muawiyah untuk menghadapi Sayyidina Husein ra. Setelah Muktar keluar dari penjara, ia mendengar cerita lengkap kejadian peristiwa karbala. Karenanya ia menyesalkan peristiwa tersebut dan memendam api menuntut balas kematian Sayyidina Husein.

Singkat cerita lagi, akhirnya Mukhtar dengan kekuatan massa yang ia organisir berhasil membunuh para pelaku yang paling bertanggungjawab atas kematian Sayyidina Husein. Dan ia juga berhasil menguasai Kuffah dari kekuasaan bani umayyah maupun dari bani zubair. Namun tak berlangsung lama, karena kekuatan Mukhtar akhirnya dikalahkan oleh pasukan bani Zubair yang berpusat di Mekkah.

Yang menarik dari film ini adalah:

MENGHADIRKAN kisah pertentangan atau konflik di kalangan umat islam yang ternyata didominasi oleh kepentingan politik semata. Demi kepentingan politik, sebagian umat islam rela untuk menzhalimi saudaranya sendiri secara keji, pengkhianatan, fitnah dan bahkan mendalilkan bahwa tindakan kezhalimannya tersebut sejalan dengan kitab suci atau sunnah Nabi, bahkan ditafsirkan sebagai takdir yang sudah ditentukan oleh Tuhan.

Perdebatan dan ketidaksukaan tokoh ‘mukhtar tsaqafi’ dengan kaum Khawarij juga menjadi menarik untuk disimak. Kaum Khawarij dikenal oleh kalangan sunni sebagai kaum yang terlalu sederhana dan gegabah menghukumi orang sebagai kafir.

Film ini juga memberikan gambaran tentang bagaimana melawan kezhaliman tidak hanya sekedar semangat ‘jihad’ saja, tetapi juga membutuhkan kesabaran dan keahlian dalam mengatur siasat agar kezhaliman bisa dikalahkan secara terorganisir.

Film ini juga menghadirkan adegan yang memilukan hati, ketika bangunan suci umat Islam di kota Mekkah, yaitu Ka’bah, dibombardir oleh pasukan Bani Umayyah yang saat itu hendak memerangi kelompok Bani Zubair. Ka’bah rusak parah terbakar. Saat Ka’bah terbakar, ada sebagian muslim memadamkan api, dan sebagian lain justru tidak mau memadamkan, karena berpikir bahwa dengan terbakarnya Ka’bah akan dapat dijadikan sebagai ‘amunisi’ tambahan (propaganda) menyudutkan kubu lawannya.

Akhir kata, film ini jauh dari kekhawatiran saya sebagai propaganda ajaran syi’ah. Film ini justru memberi hikmah bagi kaum muslim, khususnya bagi saya untuk semakin menambah semangat menimba ilmu pengetahuan mengenai sejarah politik Islam. Dengan mempelajari sejarah politik Islam, akan membuat kita semakin bijak dan kritis dalam menyikapi fenomena keragaman kelompok aliran di dalam islam yang sejatinya tidak lepas dari kondisi peristiwa politik.

Wallahu a’lam.

8 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  2. Keselamatan untuk umat mosslem

    Amieen

    BalasHapus
  3. mohon izin membagikan, terima kasih

    BalasHapus
  4. Ulasan yang menarik. Tokoh Mukhtar ats Tsaqafy merupakan tokoh "kontroversial" (bisa menimbulkan pro atau kontra). Sebagian ulama Sunni menyatakan bahwa Mukhtar merupakan pendusta (sekelas Musailamah al Kadzab). Ulama Syiah mengatakan bahwa Mukhtar adalah pejuang, mujahid yang setia mengikuti dan membela ahlul bait Rasulullah Muhammad. Mukhtar pernah terlibat dalam perang Jamal di pihak Imam Ali.

    Mana di antara kedua versi tersebut yang benar?

    Wallahu a'lam.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Coba baca riwayat Ibnu Jarir at-Tabari. Justru mukhtar tsaqafi ini lah yg mendesak pamanya yaitu saad bin masud yg saat itu sebagai gubernur madain untuk menyerahkan hasan, kemudian ia di hardik pamanya. Coba baca kitab Tarikh al-Umam wal Muluk, disitu jelas di perlihatkan bahwa muhtar hanya mencari legitimasi untuk menguasai kufah lewat cerita bahwa dia seolah menerima wahyu, dan menggunakan alasan atas pembunuhan husein untuk mendapatkan kekuasaan. Dia sendiri memanfatkan kematian husein untuk tujuan politik.

      Hapus
    2. Hal itu di buktikan dgn tindakan mukhtar tsaqafi yg memilih menyerang wali nagari yg di tunjuk zubair dari pada menyerang kubu umayah lebih dahulu. Padahal kubu umayahlah yg membunuh husain. Dan fakta bahwa mukhtar dulunya adalah bawahan zubair, namun ia cemburu karna zubair menunjuk orang lain sbg wali kufah & bukan dirinya, sehingga muhtar melengserkan gubernur yg ditunjuk zubair itu. Pada awalnya muhtar menyebut ia akan mengangkat muhamad al hanafiyah (saudara husein) sbg kalifah, tapi ternyata pernyataan itu bohong. Karna ia sendirilah yg menjadi penguasa kufah dari sejak nemimpin hingga akhir pemberontakanya

      Hapus
  5. Sudah sejak nenek moyang. Agama ditunggangi oleh kepentingan politik dan kekuasaan semata.

    BalasHapus
  6. Saya jga berfikir sama dengan antum

    Film ini menambah wawasan kita akan sejarah Islam pd masa itu, terlepas dr benar atau salah nya wallahu'alam, namun banyak sekali hikmah yg terkandung dlm film Mukhtar, semoga kita semua muslim tidak mudah terprovokasi oleh para perusak agama

    BalasHapus