Sabtu, 03 Juli 2021

Catatan dari Tepi Laut Lombok Timur

Tepian laut di pulau seribu masjid ini menyimpan sebuah keindahan yang sering kali terlewatkan, seolah bertetangga dengan pulau Dewata yang lebih gemerlap dan terkenal. Sementara Bali sudah lama bersinar di kancah pariwisata dunia, Lombok, dengan hamparan pasir putihnya yang memikat dan air laut sebening kristal, masih menanti saatnya untuk diakui setara. Alam seakan telah merajut mahakarya di sini, menghadirkan panorama yang tak kalah eksotis dibandingkan pulau di sebelahnya, namun takdir seolah menahan Lombok di balik tirai keremangan, belum sepenuhnya mengizinkannya bersinar.

Di balik keheningan yang membelai pantai-pantainya, banyak mata telah lama mengintip, berhasrat untuk memiliki sepotong surga ini. Mereka datang, diam-diam, dengan niat untuk menanamkan kekuasaan di tanah pesisir. Cara mereka berbeda-beda, seperti dua sisi yang bertolak belakang. Ada yang berjalan di bawah sinar matahari, transparan dan bersih, memilih jalan terang di bawah pengawasan publik. Namun, di balik layar, ada pula yang bermain dalam bayang-bayang. Mereka menggunakan trik-trik licik, seolah bermain sulap dalam ruangan gelap, berharap kekayaan alam ini dapat dikuasai tanpa sepengetahuan dunia.

Namun, bagi yang menjejakkan kaki di tanah ini dengan niat untuk mendukung dan berjuang demi keadilan, tepi laut Lombok bukan hanya sekadar tempat indah. Ia menjadi medan perjuangan, tempat bertemunya niat baik dengan tantangan yang datang dari arah gelap. Di sini, hanya mereka yang siap menempuh jalan teranglah yang layak menjadi kawan dalam menjaga keindahan yang telah dianugerahkan Tuhan.

Di antara desir angin yang membawa aroma asin laut dan panggilan azan yang menggema dari masjid-masjid terdekat, langit Lombok berdoa, menanti keadilan yang adil, dan menyambut hari yang lebih cerah.

Selamat menunaikan shalat Jumat.

Ditulis dari Lombok Timur, 1 Juli 2021.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar