Senin, 25 November 2024

Mimpi Bertemu Almarhum Ayah

Minggu malam (24/11/2024), saya terbangun dari mimpi dengan rasa haru yang sukar dijelaskan. Dalam tidur, seolah waktu berputar mundur, membawa saya kembali ke masa-masa SMU. Saya masih ingat jelas suasana mimpi itu: saya sedang mengganggu adik bungsu saya hingga tangisnya pecah. Kekacauan kecil akibat tangisnya itu membuat Ayah naik pitam.

Ayah, dengan langkah tegas dan sorot mata yang tak pernah meleset dari ketegasan seorang ayah, mengusir saya keluar. Tidak ada teriakan atau amarah yang meledak-ledak. Hanya sebilah kain yang digenggamnya, diayunkan pelan ke tubuh saya, seolah cukup untuk menyampaikan pesan: Pergilah. Dan saya pergi.

Anehnya, dalam mimpi itu, wajah Ayah tidak terlalu jelas. Bukan kabur, tetapi seperti terselubung bayangan tipis yang menyulitkan saya untuk menangkap detailnya. Meski begitu, saya tahu itu Ayah. Aura dan sikapnya tidak pernah berubah, bahkan dalam dimensi yang samar-samar seperti mimpi.

Ketika bangun, ada rasa yang sulit saya ungkapkan. Ayah telah tiada sejak 23 September 2024. Tidak ada lagi sapaan hangatnya di dunia nyata, tidak ada lagi kebiasaan kecil yang selama ini membuat saya merasa dekat dengannya. Namun, mimpi itu, sependek apa pun, seolah menjadi penghubung yang singkat tetapi bermakna antara kami.

Bisa bermimpi bertemu dengan Ayah meski tanpa obrolan panjang atau kejadian istimewa adalah kebahagiaan kecil yang saya syukuri. Saya merasa, mungkin Ayah sedang ingin menyapa, atau sekadar hadir untuk mengingatkan bahwa ia masih di sini, di hati kami, dengan segala kenangannya.

Malam itu, saya belajar bahwa perpisahan dengan orang yang kita cintai tidak selalu berarti hilang. Dalam mimpi, dalam doa, atau bahkan dalam secuil ingatan yang tiba-tiba muncul tanpa peringatan, mereka tetap hadir. Dan itu sudah cukup. 

Ila hadrati  walidayya, al fatihah!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar