Kamis, 29 Agustus 2024

- Ibu -

Di ruang ICU yang sunyi, seorang ibu berusia 72 tahun terbaring tanpa kesadaran selama 8 hari. Ruangan itu terasa dingin, namun di mata anaknya terpancarkan kehangatan kasih sayang ibu.

Empat anaknya setia berbagi jadwal untuk berjaga di luar ruang ICU.

Dokter telah berkata tegas: organ-organ tubuh sang ibu tak lagi berfungsi normal, perlahan tubuhnya melemah, mengisyaratkan akan datang kondisi buruk.

Sebelum masuk ICU, sudah hampir dua bulan ibu menjalani cuci darah 2 kali seminggu. Sebuah proses yang tak mudah dilalui bagi ibu yang sudah berusia senja. 

Bagi anak-anaknya, ibu adalah panutan. Sosok teladan yang dalam masa sehatnya selalu bangun sebelum azan subuh berkumandang. Di pagi yang masih gelap, Ia sibuk di dapur, memastikan setiap kebutuhan anak-anaknya siap saat mereka berangkat sekolah. Ketekunan dan kasih sayang ibu melekat di setiap sudut ingatan mereka.

Ibu selalu berusaha tak pernah lalai dalam shalatnya. Tepat waktu, selalu dilanjutkan dengan zikir yang panjang, sebagai jalan mendekatkan diri pada Tuhannya. 

Meski anak-anaknya sudah dewasa dan memberinya cucu, ibu tak pernah berhenti mengingatkan mereka tentang pentingnya shalat. Itu adalah bekal utama yang selalu ia tanamkan dalam hati anak-anaknya. 

Kata ibu, silakan anak-anaknya mau pergi jauh dari rumah dan jarang pulang, asalkan tak lupakan shalat. Sebuah kedisiplinan spritual yang selalu ia ingin tegakkan kepada anak-anaknya.

Di mata warga kampungnya, ibu bukan hanya seorang ibu rumah tangga. Ia adalah guru, lentera ilmu bagi para ibu yang ingin belajar mengaji. Sebagai alumni santri, ilmunya tentang agama ia ajarkan dengan telaten kepada mereka. 

Satu per satu, ibu-ibu yang menjadi muridnya diajarkan baca Qur'an dengan tajwid yang benar, diajarkan tata cara bersuci, dan beribadah. Dengan kesabaran luar biasa, ibu membawa cahaya dalam kehidupan para ibu tetangga sekitar rumah.

Tak hanya itu, di usianya yang lanjut, ibu tetap menunjukkan kemandirian yang luar biasa. Ia masih mengajar di tempat jauh, dan tidak pernah ingin merepotkan anak-anaknya. Ibu cukup lihai, ia belajar memesan transportasi online dengan gadget miliknya, pergi dan pulang sendiri, tanpa meminta ditemani. Sebuah bukti bahwa usia hanyalah angka, sementara semangat hidupnya tetap membara.

Ibu juga mahir memasak. Menu sederhana seperti sayur asem khas betawi, ikan gabus asin, tempe goreng, dan sambal menjadi favorit anak-anaknya. 

Kadang, ia memasak sayur sop dengan ayam goreng bumbu lengkuas dan perkedel, menu paten yang selalu dinanti. 

Namun, ada satu hal: lidah ibu sangat sensitif. Jika rasa makanan tak sesuai seleranya, ia tak akan melanjutkan makan. Kebiasaan ini, yang dulu tak masalah, kini menjadi hambatan saat ia sakit. Nafsu makan yang hilang, dikombinasikan dengan kondisi tubuh yang lemah akibat cuci darah, membuat kesehatannya terus menurun.

Kini, ibu terbaring di ICU, tak sadar akan dunia sekitarnya. Anaknya bersaksi, bahwa perempuan yang sedang terbaring itu adalah ibu yang sangat baik. Seorang ibu yang hidupnya dipenuhi cinta, dedikasi, dan iman.

"Ya Rabb, ringankanlah sakitnya, lekas pulihkan lah..."

"Ya Rabb, jika Engkau Yang Maha Rahim punya kehendak lain, mudahkan langkahnya mengikuti kehendakMu."

Amin...😥

Depok, 29/08/2024


Tidak ada komentar:

Posting Komentar